Rabu, 06 April 2011

bisnis kecil bisa mencapai luar negri

INDUSTRI kebi menengah (IKM) batik diminta menggunakan bahan eco-fhendty guna mengimbangi dan memenuhi kebutuhan konsumen luar negeri.
Dirjen IKM Departemen Perindustrian (Depperin) Fauzi Azis mengatakan, masayarakat dunia harus diyakinkan batik Indonesia berkualitas. "Memasuki pasar internasional, batik harus disesuaikan kebutuhan pasar global," katanya, di Jakarta, Senin (12/10).

Fauzi mengatakan, konsumen di negara tujuan, tidak dapat dipaksa menggunakan batik karena perbedaan perspektif budaya. Di luar negeri, kain batik belum digunakan sebagai pakaian masih hiasan rumah tangga (house hold).

Seiring pengakuan batik sebagai warisan dunia, negara-negara di kawasan Asia, antara lain China khawatir akan mem-pabrikasi batik dalam jumlah banyak dan berharga murah. IKM batik diharapkan segera mematenkan hak kekayaan intelektual (HaKI) setiap ada penemuan corak batik terbaru.

Selain program HaKI, Depperin tengah mensosialisasikan pembuatan batik guna membedakan batik buatan tangan dan industri kain yang menggunakan mobf batik.

Asisten Deputi Ekspor dan Impor Kementerian Koperasi dan UKM Priajl Atmadja mengungkapkan, tengah menari format guna memperkuat posisi batik Indonesia di luar negeri. Malaysia, kompetitor batik gencar promosi terlihat dengan rencana pameran internasional batik di Kuala Lumpur, Desember 2009.

Meski Indonesia dikukuhkan sebagai pewaris budaya dunia, Malaysia dinilai gencar mempromosikan sebagai kiblat batik dunia. "Kita tidak bisa melarang negara lain buat batik, apalagi batik itu adalah corak yang sama. Kita belum unggul hanya pengakuan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar